Kisah Perang Hamra’ul Asad
Bismillah...
Perang ini terjadi setelah kekalahan
pasukan muslimin pada peperangan di Uhud. Setelah perang Uhud, para pasukan
muslim yang berjumlah 630 orang kembali ke Madinah dengan keadaan terluka parah
termasuk Nabi SAW. Melihat kondisi seperti itu Nabi khawatir bila orang-orang
Quraisy berpikir bahwa mereka belum mendapatkan kemenangan yang mutlak dan juga
mereka tidak mendapatkan keuntungan secara material. Akan tetapi ada
kemungkinan jika para pasukan musuh akan kembali ke Madinah dengan mendatangkan
serangan baru. Untuk mengantisipasi hal tersebut, Nabi SAW bertekad untuk
mengusir para pasukan Quraisy.
Pada keesokan
harinya setelah perang Uhud, tepatnya pada hari ahad 8 Syawal 3 H, Beliau
menganjurkan kepada seluruh pasukan muslim khususnya yang kemarin ikut serta
dalam perang Uhud untuk kembali mengejar musuh. Nabi SAW bersabda, “Yang
boleh bergabung bersama kami hanyalah orang-orang yang sebelumnya bergabung
dalam Perang Uhud.”
Abdullah bin Ubay (pemimpin orang-orang munafik) bertanya, “Bagaimana
jika saya ikut bersama Anda?” Rasulullah menjawab, “Tidak.”
Setelah mendengar
seruan Nabi untuk mengejar kembali para musuh, maka para sahabat yang masih
dalam kondisi terluka parah segere berkumpul dan bersiap untuk mengejar
Quraisy. Kemudian Nabi dan para pasukan Muslimin keluar dari Madinah hingga
tiba di Hamra’ul Asad. Hamra’ul Asad merupakan sebuah nama lokasi. Asad berarti
singa, dan Hamra’ berarti daerah merah (karena kebanyakan gurun di sana warna
merah). Setelah tiba di sana, perkiraan Nabi terhadap serangan baru yang akan
dilakukan oleh orang-orang Quraisy ternyata benar adanya. Dan sebagian besar
kaum Quraisy beranggapan bahwa pasukan Muslim saat itu dalam kondisi lemah. Dan
para pemuka-pemuka Muslim banyak yang belum benar-benar terbunuh. Sehingga
mereka berkata, “Kalian sudah menguasai pemuka dan orang yang kuat di antara
mereka, kemudian kamu meninggalkan mereka. Sementara, masih ada sekian banyak
kepala yang bersatu lagi untuk menghadapi kalian. Kembalilah untuk mencabut
hingga ke akar-akar mereka.” (Risalah, 515)
Akan tetapi, salah
satu pemimpin dari mereka menolak pendapat mereka, yaitu Shafwan bin Umayyah
dia berkata, “Wahai kaumku, jangan lakukan itu! Karena aku khawatir semua
orang yang kemarin tidak ikut keluar dalam Perang Uhud akan bergabung
menghadapi kalian. Pulanglah kalian dan biarkan kemenangan ini menjadi giliran
kalian. Jika kalian kembali lagi, aku tidak menjamin kemenangan ini menjadi
milik kalian lagi.” Namun sebagian besar dari mereka menolak perkataan
Shafwan, dan bersepakat untuk kembali lagi ke Madinah. Seandainya jika mereka
kembali ke Mekah, maka mereka akan datang dengan membawa berita gembira yaitu
kemenangan atas peperangan dengan kaum Muslim. Tetapi, karena mereka sangat
berambisi untuk menghabiskan kaum Muslim maka hasil peperangan tersebut menjadi
berbalik.
Ketika pasukan
Quraisy mendengar kabar bahwa Rasulullah kembali mengejar mereka dengan seluruh
pasukan yang kemarin ikut serta dalam Perang Uhud, membuat tekad dari kaum
Quraisy menjadi melempem. Mereka menjadi tidak bersemangat dan rasa takut
menyelimuti mereka. Tidak ada pilihan lain bagi mereka untuk kembali ke Mekah.
Dalam perjalanan menuju Mekah, Abu Sufyan bertemu dengan rombongan Abdul Qais
yang akan pergi ke Madinah. Abu Sufyan berencana untuk menakut-nakuti pasukan
Muslim yang sedang mengejar mereka dengan menitipkan pesan kepada Abdul Qais
agar disampaikan kepada pasukan Muslim. Hingga akhirnya Abdul Qais bertemu
Rasulullah dan menyampaikan kepada pasukan Muslim, “Sesungguhnya mereka
telah berhimpun untuk menghadapi kalian. Karena itu, waspadalah!”
Akan tetapi, pesan
yang disampaikan itu justru menambah kemantapan iman dari pasukan Muslimin.
Sebagaimana firman Allah:
وقالوا حسبناالله ونعم الوكيل.
فانقلبوا بنعمة من الله وفضل لم يمسسهم سوء واتبعوا رضون الله والله ذو فضل
عظيم.
Mereka berkata, “cukuplah Allah menjadi penolong kami, dan Dia
adalah sebaik-baik Pelindung.” Maka mereka kembali dengan nikmat dan karunia
dari Allah, mereka tidak mendapat bencana apa-apa, mereka mengikuti keridhaan
Allah. Dan Allah mempunyai karunia yang besar. (Ali-‘Imran: 173-174)
Rasulullah dan para sahabat berada di Hamra’ul Asad selama tiga
hari pada 9-11 Syawal 3 H. Dan kemudian kembali ke Madinah.
Referensi
Al-Mubarakfuri,
S. (2018). Sirah Nabawiyah. Jakarta Timur: Aqwam Jabatan Ilmu.
Mantap
ReplyDelete